Om Einstein mengadopsi kata benda ini
Kata yang penuh makna untuk diresapi
Sebuah kata yang dijadikan tuntunan diri
Tuntunan terhadap hidup yang seharusnya diseimbangi
Seimbang, hingga akhirnya menemukan jati diri
Dalam perjalanan panjang yang penuh kontemplasi
Sepeda, adalah rangkaian enam huruf yang tidak asing lagi
Ada roda untuk mempercepat dan menopang laju
Pegangan tangan pada setang yang bengkok dan lurus
Sadel sebagai penopang badan agar tidak kaku
dan kedua kaki sebagai pendorong agar terus mengayuh
Hidup adalah seperti menaiki sepeda. Untuk tetap menjaga keseimbanganmu, engkau harus tetap bergerak. –Albert Einstein-
Albert
Einstein dikenal sebagai ilmuwan fisika teoritis yang terkenal karena
beberapa teori fisika. Salah satu teori fisika milik Einstein adalah
teori relativitas yang menjadi inspirasi untuk produksi film bergenre science-fiction, Interstellaryang
disutradai oleh Christopher Nolan dan rilis pada tahun 2014. Einstein
lahir pada tahun 1879 di Jerman. Di tempat yang sama sebelumnya pada
tahun 1818, Baron Karls Drais von Sauerbronn telah dicatat sebagai
penemu sepeda kuno pioner. Adalah velocipede, yang digunakan
sebagai istilah yang merujuk pada hasil rancang bangun kendaraan roda
dua baik yang terbuat dari kayu maupun besi.
Menurut catatan Ensiklopedia Columbia, kata velocipede
sudah digunakan oleh masyarakat Perancis pada semenjak abad ke-18.
Sepeda pioner tersebut menjadi terkenal baik di Inggris maupun Perancis.
Selanjutnya, dengan istilah yang berbeda di setiap negara seperti draisine (di Jerman dan Inggris), draisienne dan vélocipède (Perancis), dandy horse (atau yang terkenal disebut sebagai hobby horse).
Penemuan sepeda Karls Davis ini menjadi cikal bakal penemuan sepeda
selanjutnya oleh para penemu lain seperti Kirkpatrick MacMillan, Ernest
Michaux dan Pierre Lallement. Penemu-penemu tersebut semakin
menyempurnakan bentuk dan material bahan pembuatan sepeda, hingga pada
tahun 1870an velocipede mulai dikembangkan sepeda dengan bahan dasar yang seluruhnya besi[1].
Hingga saat ini di abad 21, sepeda masih menjadi kendaraan tanpa mesin yang digunakan oleh masyarakat di kota maupun di desa. Seperti dilansir di situs nationalgeographic.co,
Earth Policy Institute melaporkan bahwa produksi sepeda dunia yang pada
kurun waktu antara 1990-2002 sebesar 94 juta per tahun telah mengalami
peningkatan menjadi 130 juta pada thun 2007, melampaui produksi mobil
yang sebesar 70 juta. Peningkatan volume sepeda di Cina dan beberapa
negara Eropa seperti Belanda, Denmark dan Jerman terjadi dengan
pertumbuhan yang bervariasi. Jumlah sepeda di Cina yang pada tahun 2007
sebesar 90 juta telah meningkat menjadi 430 juta. Tingkat kepemilikan sepeda rata-rata di beberapa negara Eropa masih lebih tinggi dibandingkan dengan di Cina.
Satu
orang memiliki lebih dari satu sepeda di Belanda dan 27% dari seluruh
perjalanan menggunakan sepeda. Sementara di Denmark dan Jerman,
rata-rata satu sepeda dimiliki oleh satu orang dengan persentase
perjalanan sepeda sebesar 18% (Denmark) dan 10% (Jerman). Peningkatan
ini disebabkan karena faktor pendukung berupa infrastruktur yang
disediakan pemerintah ditambah dengan faktor lain seperti kesadaran
masyarakat dan reward-reward lain dari produsen sepeda. Di
Indonesia sendiri, perkembangan penjualan sepeda mengalami peningkatan.
Dari tahun 2006 hingga 2010, tercatat peningkatan jumlah produksi
nasional dari 2,32 juta unit menjadi 2,86 juta unit. Konsumsi sepeda
pada tahun 2011 mencapai 8.491 ribu unit, kemudian diperkirakan akan
naik terus dan mencapai 17.607 ribu unit tahun 2015.
Di
Indonesia, hak-hak para pesepeda sudah dijamin oleh pemerintah.
Penjaminan hak pemakai sepeda diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 tahun
2009 tentang Lalu-Lintas dan Angkutan Darat. Pasal 62 UU tersebut berisi
tentang kewajiban pemerintah memberikan kemudahan berlalu lintas dan
hak fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran berlalu lintas bagi para pesepeda. Kemudian, sebagai turunan
dari UU tersebut, Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2013 tentang
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan secara rinci menjelaskan tentang
fasilitas yang harus diberikan bagi para pesepeda, disamping juga untuk
para pejalan kaki dan penyandang cacat. Bagian
kedelapan pasal 54 pada Perpu ini menuliskan bahwa jalan harus
dilengkapi dengan fasilitas untuk para pesepeda, pejalan kaki dan
penyandang cacat. Fasilitas untuk sepeda berupa lajur dan atau jalur
sepeda yang disediakan khusus untuk pesepeda dan atau dapat digunakan
oleh para pejalan kaki.
Aktivitas
bersepeda di beberapa daerah seperti Kota Bandung dan Yogyakarta juga
telah dihargai, dengan adanya jalur khusus yang dibuatkan oleh
pemerintah untuk masyarakat pesepeda atau yang biasa dikenal sebagai bikers.
Bahkan dalam rangka menggalakkan penggunaan sepeda, pada masa jabatan
Walikota Yogyakarta tahun 2001-2011, Herry Zudianto meluncurkan Program Sego Segawe, yang merupakan singkatan dari sepeda kanggo sekolah karo nyambut gawe[2].
Sedangkan di Bandung, mulai pertengahan September 2010, para pengguna
sepeda sudah bisa menggunakan jalur khusus yang dibuat sepanjang 8 km di
beberapa ruas jalan Kota Bandung.
Semenjak
di sekolah dasar, aktivitas bersepeda merupakan aktivitas yang
mengasyikkan bagi saya. Hingga melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah
Pertama yang berjarak sekitar 6 km dari rumah, saya tetap menggunakan sepeda
untuk menuju ke sekolah dan pulang ke rumah. Masa tiga tahun di SMP
merupakan masa yang penuh dengan kenangan bersepeda. Saat itu, waktu
berangkat pulang dan berangkat sekolah adalah waktu dimana jalan raya
sepanjang kurang lebih 3 km dipenuhi dengan murid SMP tempat saya
bersekolah. Kami
seperti penguasa jalanan antara pukul 6.00 hingga pukul 7.00 dan
setelah pukul 13.30. Kami nyaman dan cuek saja waktu itu ketika ada
kendaraan bermotor lalu lalang di jalanan. Bahkan ketika bersepeda
sejajar dua-dua, kami tetap cuek saja melenggang di pinggir jalan sambil
bercengkerama dan sesekali meneguk es buah yang kami beli di warung
dekat sekolah ketika sinar matahari membakar ketika pulang sekolah. Ah,
sungguh menyenangkan kala itu. Selanjutnya setelah lulus SMP dan
melanjutkan ke SMA hingga kemudian ke jenjang perguruan tinggi di
Semarang, saya mulai jauh dari sepeda. Hingga memori bersepeda saya
kembali muncul ketika melihat Kota Yogyakarta pada 2013 dengan aksesoris
lajur sepeda dan para pesepeda di jalan raya berseliweran.
Karena
Allah mengizinkan saya untuk tinggal sementara di kota ini, saya
kemudian memutuskan untuk menggunakan sepeda adik saya yang baru saja
lulus SMP kala itu. Medan Kota Yogyakarta yang dapat dikatakan
coenderung datar menjadi salah satu alasan saya untuk menggunakan sepeda
sebagai kendaraan. Akhirnya ayah saya mengantarkan sepeda adik ke
Yogyakarta agar bisa saya gunakan berangkat dan pulang beraktivitas
sehari-hari. Berjodohlah saya dengan sepeda keluaran lama berwarna perak
berkeranjang hitam yang memiliki pengaturan gigi untuk mengatur laju
sepeda, sampai saat ini.
Ketika saya bersepeda di jalanan Kota Yogyakarta, saya melihat berbagai merk sepeda yang digunakan para pesepeda dari sepeda
keluaran lama hingga terbaru. Saya pikir, berbagai jenis sepeda
keluaran lama yang dipakai sebagian masyarakat Yogyakarta adalah
cerminan gaya hidup yang tetap memelihara apa yang telah dimiliki
meskipun sudah tua dan usang, meskipun rusak dan kuno. Sedikit gambaran
yang menjelaskan sikap hidup yang jarang diterapkan oleh manusia di
zaman modern ini. Sikap hidup yang memelihara apa yang sudah dimiliki,
dan memelihara jika pun sesuatu yang dimiliki itu sudah usang dan
mungkin rusak. Bukan malah membuangnya, namun tetap diperbaiki dan
dipelihara. Sikap inilah yang menjadi istimewa di mata saya. Yogyakarta
yang sederhana, namun tetap berwibawa. Saya jadi ikut terpengaruh dengan
gaya hidup yang satu ini.
Salah satu merk sepeda yang ikut menjadi bagian dari perjalanan panjang persepedaan di Indonesia adalah sepeda Wimcycle.
PT Wijaya Indonesia Makmur Bicycle Industries adalah nama perusahaan
produsen sepeda dengan merk Wimcycle ini. Perusahaan yang didirikan pada
tahun 1972 ini telah mendominasi pasar lokal Indonesia dengan nilai
pembagian pasar yang mendominasi, ditambah dengan prestasi selama
pengalaman lebih dari tiga dekade sukses di pasar ekspor dunia, dengan
sepeda yang tersebar di 20 negara di dunia.
Prestasi Wimcycle tersebut merupakan bukti kepercayaan masyarakat terhadap brand
sepeda ini. Secara keseluruhan, beragam model yang dikeluarkan oleh
pabrik sepeda Wimcycle (dari model anak-anak hingga dewasa, dari model
khusus perempuan maupun untuk laki-laki) turut menjadi salah satu pemicu
tingginya keinginan masyarakat untuk memiliki sepeda ini. Banyaknya
model yang dikeluarkan Wimcycle membuat masyarakat memiliki banyak
pilihan, yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap masyarakat, tergantung
medan lintasan jalan yang paling disukai. Selain itu, dengan pilihan
harga yang bervariasi dapat menyasar masyarakat yang berasal dari
berbagai kalangan. Meskipun harga sepeda sebanding dengan spesifikasi
yang ditawarkan, namun fitur yang diberikan oleh pabrik tetap dipilih
secara hati-hati agar mampu memberikan kenyamanan dan menjamin
keselamatan pengguna. Kelebihan lain yang dimiliki sepeda Wimcycle adalah kontrol kualitas yang tetap terjaga dengan standar kontrol yang telah lulus uji kelayakan dari British Standards and Customer Product Safety Commission Standards. Sertifikat ISO 9001:2008 Cert No 13825 juga telah dimiliki oleh sepeda Wimcycle
sehingga semakin menjamin kelayakan produk ini untuk dijadikan teman
bepergian. Teman bepergian baik ketika bersekolah, bekerja, bertemu
dengan teman-teman, dan berbelanja.
Selain kelebihan yang dimiliki oleh sepeda Wimcycle
dari segi desain dan harga produk, ada beberapa manfaat yang diperoleh
para pesepeda jika secara rutin melaksanakan aktivitas ini. Manfaat yang
dimaksud berupa peningkatan kesehatan fisik dan mental individu. Tidak
berhenti pada manfaat di tingkat individu, keuntungan publik juga dapat
diperoleh melalui aktivitas bersepeda. Keuntungan yang dimaksud adalah
pengurangan polusi udara (peningkatan kualitas udara), pencemaran suara
dan lain sebagainya.
Secara
garis besar, Cavill & Davis (2007) menuliskan bahwa jika dilakukan
secara teratur, aktivitas bersepeda yang termasuk aktivitas fisik dapat
mengurangi resiko terhadap semua penyakit yang menyebabkan kematian
sehingga dapat mengurangi potensi kematian dini. Tinjauan dari 44
kajian/penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kemungkinan
kematian terendah dimiliki oleh orang yang paling aktif dan sebaliknya. Resiko kematian tersebut dapat dikurangi, bahkan dengan intensitas aktivitas yang rendah. Lembaga Copenhagen Center for Prospective Population Studies
melalui Andersen dkk. (2000) menyimpulkan dari penelitian yang telah
dilakukan bahwa orang-orang yang tidak menggunakan sepeda untuk bekerja
memiliki tingkat kematian/mortalitas yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan orang yang menggunakan sepeda. Kajian tersebut melibatkan 13.375
wanita dan 17.265 laki-laki yang berusia antara 20-93 tahun yang secara
acak dipilih dari populasi 90.000 penduduk yang hidup di pusat Kota
Copenhagen, Denmark. Bersepeda
untuk bekerja dapat menurunkan resiko kematian kurang lebih sebesar 40%
setelah penyesuaian faktor multivariat yang lain, seperti waktu luang
untuk beraktivitas fisik. Beberapa parameter yang diukur dalam
penelitian tersebut meliputi tekanan darah, indeks massa tubuh, kadar
kolesterol, dan faktor resiko kematian lain seperti merokok. Penelitian
ini menguatkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Oja dkk.
di Finlandia pada tahun 1991 dan 1998. Penelitian
tersebut melibatkan sukarelawan di tempat bekerja yang sebelumnya
pulang dan pergi menggunakan mobil atau bus kemudian ditukar dengan
bersepeda selama 30 menit pada satu jalur dan pada rute bolak-balik
selama perjalanan. Terdapat beberapa perubahan parameter fisiologis
seperti peningkatan kebugaran aerobik, penurunan muatan kardiovaskular
pada kondisi kerja standar submaksimal, peningkatan penggunaan lemak
sebagai sumber energi pada aktivitas fisik dan peningkatan kolesterol
baik HDL (High Density Lipoprotein)[3]. Penelitian tersebut
kemudian menyimpulkan bahwa bersepeda yang digunakan untuk bekerja
memiliki potensi signifikan untuk memelihara atau meningkatkan kebugaran
fisik orang dewasa sehat yang sebelumnya mengandalkan mobilitas dengan
transportasi publik maupun kendaraan bermotor pribadi.
Dalam
kajian yang lebih spesifik, bersepeda dapat membantu menurunkan berat
badan bagi para penderita obesitas. Kajian yang dilakukan di United Kingdom/Inggris
yang diterbitkan pada tahun 1999 terhadap non-olahragawan yang setuju
untuk melaksanakan aktivitas bersepeda paling tidak 4 hari seminggu,
menemukan bahwa lemak tubuh berkurang secara signifikan diantara
keseluruhan sukarelawan yang memiliki kelebihan berat badan atau
mengalami obesitas pada awalnya (59% sukarelawan). Fogelholm
& Kukkonen-Harjula (2000) menuliskan bahwa minimum 60 menit waktu
yang digunakan untuk aktivitas fisik dengan intensitas sedang mampu
membantu kontrol berat badan, begitu pula dengan penelitian lain yang
menuliskan bahwa bersepeda dapat membakar paling tidak 5 kilo kalori per
menit (tergantung pada sejumlah faktor, khususnya berat badan
pesepeda). Aktivitas ini cocok untuk orang yang kelebihan berat badan
karena kurang lebih 70% berat badan dapat ditahan oleh sadel, sehingga
melatih aktivitas sistem kardiovaskuler tanpa meletakkan ketegangan
berlebih pada sistem otot dan rangka pasif.
Aktivitas
bersepeda yang lebih tinggi juga dapat membantu menurunkan resiko
penyakit jantung koroner. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu
bentuk dari penyakit kardiovaskuler, selain stroke. Penyakit jantung
koroner merupakan penyebab kematian utama di Eropa, dengan kematian
sejumlah 4,35 juta setiap tahun. Sedangkan dalam studi silang yang
dilakukan di Amerika, diperoleh kesimpulan bahwa tingkat aktivitas fisik
yang tinggi berhubungan dengan resiko penyakit jantung koroner yang
lebih rendah, jika dibandingkan dengan kelompok yang berpartisipasi
melakukan aktivitas fisik pada level yang rendah. Dan, Kennedy (1997)
menuliskan bahwa pada pasien penderita jantung koroner, rata-rata usia
para pesepeda dengan penyakit ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan
sampel kontrol yang tidak bersepeda, yang mengindikasikan bahwa
aktivitas bersepeda mungkin dapat menunda serangan penyakit jantung
koroner. Penemuan tersebut mendukung konsep bahwa aktivitas bersepeda
yang teratur dapat memberikan perlindungan dari perkembangan penyakit
jantung koroner.
Aktivitas
bersepeda juga dapat mengurangi resiko penyakit diabetes tipe 2 dan
kanker. Dela dkk (1995) menuliskan bahwa efek menguntungkan aktivitas
bersepeda dengan intensitas sedang muncul pada kelompok populasi
beresiko tinggi penyakit diabetes tipe 2. Hal ini dikarenakan kelebihan
berat badan dan kepemilikan tekanan darah yang tinggi dapat dikendalikan
melalui aktivitas ini. Selanjutnya, ditulis oleh Steindorf dkk. (2003),
bahwa ketika aktivitas bersepeda meningkat, resiko kanker payudara
mengalami penurunan. Level
tertinggi aktivitas bersepeda dapat mengurangi resiko kanker payudara
sebesar 34% pada wanita. Selain itu, juga terdapat bukti yang kuat dari
Hou dkk. (2004) tentang kemampuan perlindungan oleh aktivitas fisik
terhadap kanker kolon atau usus besar. Studi di Shanghai, Cina tersebut
menemukan bahwa aktivitas fisik yang rutin (bersepeda ketika berangkat
dan pulang dari bekerja atau beraktivitas lain) selama periode waktu
yang lama dapat menghindarkan tubuh dari kanker kolon dan secara
signifikan mampu memodifikasi resiko yang berhubungan dengan indeks
massa tubuh.
Selain
dalam aspek fisik, aspek kesehatan mental (kesehatan psikologi,
kesehatan emosional) para pesepeda juga patut untuk ditengok lebih
dalam lagi. Suasana lain yang disuguhkan dalam aktivitas bersepeda
seperti bentuk siklis roda sepeda, keheningan yang ditimbulkan ketika
bersepeda, dan aksesoris yang digunakan ketika bersepeda dapat menjadi
pemicu pengurangan efek stress. Boyd dkk. (1998) melaporkan bahwa
terdapat peningkatan terhadap persepsi tentang kebahagiaan, kepercayaan
diri dan toleransi terhadap stress setelah melaksanakan aktivitas ini.
Selain itu, terdapat pula penurunan tingkat kelelahan, kesulitan tidur
dan jangkauan gejala medis. Kesehatan mental yang terwujud dapat
mendukung kualitas hidup manusia menjadi lebih baik karena peningkatan
tingkat kebahagiaan. Interaksi dengan sesama pesepeda ketika sedang
bersepeda dapat membantu meningkatkan sosialisasi antar individu di
dunia digital yang egois ini. Juga, bersepeda adalah aktivitas yang
penuh dengan ketenangan dan keheningan sehingga bisa dijadikan terapi
stress yang berpotensi semakin tinggi di era globalisasi seperti
sekarang ini.
Sedangkan
pada tataran publik, aktivitas bersepeda adalah kegiatan yang bebas
polusi udara dan suara, serta efisien dalam hal penggunaan ruang publik
jalan raya. Sampai saat ini, polusi udara masih menjadi masalah di
beberapa kota besar di Indonesia akibat emisi dari gas yang dikeluarkan
kendaraan bermotor. Aktivitas bersepeda tidak mengeluarkan gas emisi
seperti yang dikeluarkan melalui knalpot kendaraan bermotor sebagai
hasil aktivitas mesin. Maka dari itu, aktivitas yang ramah lingkungan
pantas disematkan untuk kegiatan bersepeda sehingga merupakan moda
transportasi yang berkelanjutan. Polusi
lain yang patut dipertimbangkan sebagai manfaat dari aktivitas ini
adalah polusi udara. Polusi suara dapat muncul karena penggunaan
kendaraan bermotor seperti sepeda motor dan mobil, serta truk maupun
bus. Polusi suara atau yang biasa dikenal sebagai kebisingan dapat
menyebabkan gangguan fungsi tubuh, psikologis, dan komunikasi.
Kebisingan dapat mengakibatkan ketegangan mental sehingga dapat
meningkatkan kecepatan denyut nadi dan hipertensi. Serta, jika seseorang
terus menerus berada dalam kebisingan dalam waktu yang lama, maka akan
berpotensi menimbulkan ketulian. Sementara itu, bersepeda dapat
menimimalkan tingkat kebisingan yang dihasilkan karena bahan bakar untuk
aktivitas ini adalah energi kimia pesepeda, bukan energi kimia mesin. Menurut
acuan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
KEP-48/MENLH/11/1996, ambang batas maksimal kebisingan yang dapat
diterima untuk peruntukan kawasan dan lingkungan berkegiatan (rumah
sakit, sekolah dan tempat ibadah) adalah masing-masing sebesar 55 dBA
dan 70 dBA. Padahal, suara knalpot dari sepeda motor yang telah
dimodifikasi dapat mencapai 80 hingga 90 dBA. Ditambah lagi, apabila
dibandingkan dengan kendaraan jenis lain seperti sepeda motor dan mobil
pribadi, bersepeda tidak membutuhkan ruang publik di jalan raya yang
luas sehingga terdapat efisiensi penggunaan ruang publik di jalan raya.
Korelasi
antara keseimbangan hidup dalam filosofi bersepeda, penjaminan hak-hak
para pesepeda di Indonesia, pendukung infrastruktur bersepeda yang telah
dibangun di beberapa kota di Indonesia (khususnya Kota Yogyakarta),
karakter (dan kelebihan) sepeda Wimcycle dan berbagai manfaat yang
ditawarkan dalam kegiatan bersepeda, menghasilkan reaksi
peningkatan hasrat saya untuk memiliki sepeda jenis ini. Kemampuan
sepeda mumpuni yang digunakan untuk beraktivitas sehari-hari. Aktivitas
sehari-hari yang dapat mendukung implementasi kesehatan fisik yang
mapan, juga kesehatan emosional di tengah tantangan zaman dan tekanan
hidup yang semakin keras ini. Aktivitas bersepeda yang juga dapat
mendukung peningkatan kualitas udara dan suara, serta efisiensi
penggunaan ruang yang lebih baik sehingga mampu meningkatkan kualitas
hidup masyarakat. Ke depan, semoga jika kesadaran masyarakat untuk
bersepeda lebih tinggi, akan mampu membantu pemerintah mengurangi biaya
belanja yang digunakan untuk subsidi bahan bakar untuk kendaraan
bermotor sehingga penyakit hilang, pemerintah senang, dan rakyat nyaman.
Catatan Kaki
[1] Wikipedia.org
[2] Sepeda kanggo sekolah karo nyambut gawe adalah ungkapan bahasa Jawa, yang dalam bahasa Indonesia berarti sepeda untuk sekolah dan bekerja.
[3] Partikel HDL mengacu pada kolesterol yang baik karena dapat melakukan transpor molekul lemak keluar dari dinding arteri, mengurangi akumulasi makrofag sehingga membantu mencegah atau bahkan menekan atherosklerosis. Hal ini penting karena atherosklerosis dapat mengakibatkan munculnya penyakit kardiovaskuler, stroke, dan berbagai penyakit kelenjar pembuluh lain.
[1] Wikipedia.org
[2] Sepeda kanggo sekolah karo nyambut gawe adalah ungkapan bahasa Jawa, yang dalam bahasa Indonesia berarti sepeda untuk sekolah dan bekerja.
[3] Partikel HDL mengacu pada kolesterol yang baik karena dapat melakukan transpor molekul lemak keluar dari dinding arteri, mengurangi akumulasi makrofag sehingga membantu mencegah atau bahkan menekan atherosklerosis. Hal ini penting karena atherosklerosis dapat mengakibatkan munculnya penyakit kardiovaskuler, stroke, dan berbagai penyakit kelenjar pembuluh lain.
Referensi
Andersen,
L., Schnohr, P., Schroll, M. and Hein, H. (2000). All-cause mortality
associated with physical activity during leisure time, work, sports, and
cycling to work, Archives of Internal Medicine, 160, pp. 1621-1628
Boyd,
H., Hillman, M., Nevill, A., Pearce, A. And Tuxworth, B. (1998).
Health-related effects of regular cycling on a sample of previous
non-exercisers, Resume of main findings
Cavill, N., Davis, A. 2007. Cycling and Health : What’s the Evidence?. http://www.cycle-helmets.com/cycling_and_health.pdf. Diakses tanggal 25 Maret 2016
Dela,
F., Larsen, J. J., Mikines, K. J., Plough, T., Petersen, L. N., and
Galbo, (1995). Insulin-stimulated muscle glucose clearance in patients
with NIDDM. Diabetes 44, 1010-1020.
DETR, (1999). Cycling for better health, Traffic Advisory Leaflet, 12/99, London: DETR
e-journal.uajy.ac.id/4321/2/1KOM03385.pdf. Diakses tanggal 24 Maret 2016
Fogelholm M, Kukkonen-Harjula K. (2000). Does physical activity prevent weight gain--a systematic review. Obes Rev. Oct;1(2):95-111
Froböse I. Cycling and Health: Healthy cycling compendium. Centre for Health German Sport University, Cologne/Wellcom. www.cyclingandhealth.com/CyclingAndHealth_e.htm
Hou,
L., Ji, B., Blair, A., Dai, Q., Gao, Y. and Chow, W. (2004). Commuting
physical activity and risk of colon cancer in Shanghai, China, American Journal of Epidemiology, 160(9), pp. 860-867
http://www.antarajawabarat.com/lihat/berita/26376/bandung-miliki-jalur-khusus-sepeda. Bandung Miliki Jalur Khusus Sepeda. Diakses tanggal 24 Maret 2016
http://www.gowes.org/penggemar-sepeda-di-indonesia-meningkat=.html. Penggemar Sepeda di Indonesia Meningkat. Diakses tanggal 24 Maret 2016
http://www.greenlifestyle.or.id/news/detail/yogya_tetapkan_34_ruas_khusus_untuk_sepeda. Yogya Tetapkan 34 Ruas Khusus untuk Sepeda. Diakses tanggal 24 Maret 2016
Kennedy, A. (1997). Exercise and heart disease: cardiac findings in fatal cycle accidents, British Journal of Sports Medicine, 31(4), pp. 32 8-33 1
Oja
P., Manttari, A., Heinonen, A, Kukkonen-Harjula, K, Laukkanen, R.,
Pasanen, M. and Vuori, I. (1991). Physiological Effects of Walking and
Cycling to Work, Scandinavian Journal of Medicine, Science and Sports, Vol 1, pp 151-157
Steindorf
K, Schmidt M, Kropp S, Chang-Claude J. (2003). Case-control study of
physical activity and breast cancer risk among premenopausal women in
Germany. (2003). American Journal Epidemiology,. Jan 15, pp.157(2):121-30.
Widyantoro, B., Razif, M. Tanpa tahun.Pemetaan Tingkat Kebisingan Akibat Aktivitas Transportasi Dikaitkan dengan Tata Guna Lahan di Jl. Arif Rachman Hakim Surabaya. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Surabaya. Surabaya.
www.sepedapancal.com/2015/06/harga-sepeda-wimcycle-terbaru.html?m=1. Daftar harga sepeda wimcycle terbaru dan terlengkap 2016. Diakses tanggal 24 Maret 2016
www.wikipedia.org. Diakses tanggal 24 Maret 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar