Butterfly terbanglah tinggi
Setinggi anganku untuk meraihmu
Memeluk batinmu yang sempat kacau
Karna merindu
Setinggi anganku untuk meraihmu
Memeluk batinmu yang sempat kacau
Karna merindu
Otak akan terhubung dengan lirik lagu Butterfly yang dilantunkan Melly Goeslaw
dan Andhika Pratama ketika kata “kupu-kupu” masuk sebagai stimulus yang
dikirimkan orang lain, yang diterima indera pendengaran kemudian diproses dalam
serangkaian neuron sistem saraf. Imajnasi tentang kecantikan dan keindahan rupa
yang dibalut dalam kebebasan mengepakkan sayap, membumbung tinggi saat otak
membaca tulisan “kupu-kupu” di atas kertas. Kata ini, tak jarang dijadikan
senjata yang ampuh sebagai subyek ungkapan bermajas personifikasi untuk
pasangan lawan jenis bagi insan yang sedang berada dalam kendali cinta. Kata ini
masih memiliki kesan yang mendalam sebagai makhluk cantik ciptaan Tuhan di bumi
meski tak selalu dikonotasikan baik, seperti almarhum Chrisye yang
mendendangkan “kupu-kupu malam” sebagai simbol kebebasan wanita malam.
Kupu-kupu menjadi obyek untuk dinikmati
secara fisik oleh mata yang haus dengan keindahan dan kecantikan, maupun
lambang dalam berbagai tulisan. Dari sekedar kesan yang ingin ditonjolkan, hingga
manfaat yang ingin dicapai. Kata kupu-kupu sendiri juga telah disebut dalam
banyak referensi, dari kitab suci hingga referensi modern, dan puisi, serta
lirik-lirik lagu. “Pada
hari itu manusia seperti kupu-kupu yang bertebaran”, sebuah firman Allaah dalam
kitab suci Alqur’an surat Al-Qari’ah ayat 4. Penyanyi terkenal
Mariah Carey, Jason Mraz, Super Junior dan Miley Cyrus juga tak lupa
mengikutsertakan kata “Butterfly”
sebagai salah satu judul lagu mereka. Begitu pula dalam lirik puisi milik Mary Emily Bradley, Sarah
Morgan Bryan Piatt, Emily Dickinson dan Thomas Wentworth Higginson.
Penulis secara pribadi
membayangkan kupu-kupu hanya sebagai makhluk cantik yang indah dipandang ketika
memilih paket wisata saat mengikuti kompetisi ilmiah di Makassar bulan Juli
2011 silam. Mata saya tertuju pada tulisan “Wisata alam air terjun dan
kupu-kupu di Bantimurung, Maros” seharga Rp150.000,00. Pilihan ini berdasarkan
keinginan untuk “membanting kemurungan” setelah mendapatkan hasil yang tak kami
harapkan. Sebenarnya kami bisa berhemat jika tidak mengambil paket wisata
tersebut dan melakukan perjalanan mandiri mengendarai angkutan umum ke
tempat-tempat tujuan wisata yang ada di Sulawesi Selatan. Namun sayang, saya
sudah terlanjur mengambil dan membayar biaya paket wisata tersebut. Jiwa backpacker yang masih perlu dilatih lagi.
Perjalanan ke Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung dapat dijangkau dengan alat transportasi angkutan umum.
Masyarakat setempat fasih menyebut kata PT-PT untuk angkutan umum beroda empat yang
merupakan akronim dari Public Transportation. Angkutan
PT-PT di Makassar adalah angkutan umum dengan ciri khas berwarna biru muda dan
daya angkut penumpang sekitar 10-12 orang. Setiap jurusan perjalanan sudah
tertera di bagian depan maupun belakang bagian angkutan tersebut. Penumpang akan
dimanjakan dengan lantunan musik yang berasal dari komputer jinjing sejenis netbook jika beruntung menaiki PT-PT yang memberikan fasilitas musik gratis tersebut.
Keberuntungan kami sehari sebelum berwisata ke Taman Nasional Bantimurung
itulah yang mengakibatkan kami mengetahui bahwa ternyata PT-PT di Makassar ada
yang memberikan fasilitas musik gratis. Hal tersebut untuk membuat penumpang
betah menaiki angkutan PT-PT dan menghindari kebosanan, serta meningkatkan daya
tarik penumpang di kemudian hari.
Lokasi Taman Bantimurung
Bulusaraung terletak sekitar 23 kilometer dari bandara Sultan Hasanuddin dan 42
kilometer dari Kota Makassar. Perjalanan dari lokasi asal teman-teman menuju Taman
Bantimurung memerlukan biaya yang bervariasi, karena tergantung lokasi asal dan
alat transportasi yang digunakan. Jika teman-teman transit di Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin di Kota Makassar untuk menuju Taman
Bantimurung, PT-PT dapat dimanfaatkan jika ingin berhemat. Begitu pula jika
teman-teman transit di Terminal Sentral Makassar melalui jalur darat. Pintu
gerbang keluar bandara menuju jalan raya berjarak sekitar 4 kilometer. Angkutan
PT-PT tidak terdapat di dalam bandara. Namun dari Terminal Sentral dapat
langsung menaiki angkutan PT-PT. Teman-teman dapat memanfaatkan taksi untuk
langsung menuju tujuan ataupun ojek di bandara untuk mengantarkan ke jalan raya.
Tarif perjalanan dengan angkutan
taksi ini bisa sangat mahal. Mungkin teman-teman bisa menebak, jika perjalanan
lancar dari bandara menuju lokasi Taman Bantimurung membutuhkan waktu sekitar 45
menit, maka argometer taksi akan menunjukkan angka berapa. Tarif yang
dikeluarkan bisa mencapai ratusan ribu rupiah, tergantung armada taksi yang
teman-teman manfaatkan. Alternatif perjalanan yang lebih murah dapat
menggunakan angkutan umum berupa ojek untuk keluar bandara menuju jalan raya,
kemudian berganti angkutan PT-PT. Tarif ojek untuk keluar bandara menuju jalan
raya berkisar antara Rp10.000,00 hingga Rp15.000,00. Angkutan PT-PT jurusan
Pasar Maros silakan teman-teman manfaatkan untuk mengantarkan ke Pasar Maros
dengan waktu tempuh sekitar 20 menit. Lokasi Taman Bantimurung masih harus
ditempuh dengan menaiki angkutan PT-PT sekali lagi dari Pasar Maros sekitar 30
menit jika angkutan PT-PT tidak berhenti di jalan untuk mencari penumpang lagi.
Tarif perjalanan angkutan PT-PT sekali jalan sekitar Rp3.000,00 - Rp5.000,00.
Konsekuensi yang harus ditanggung
oleh teman-teman jika menggunakan angkutan PT-PT adalah sengatan panas,
serangan berupa rangsangan bau dari tempat-tempat umum yang dilewati angkutan
dan rasa letih yang bisa dirasakan karena berkali-kali berganti angkutan. Teman-teman
juga bisa merasakan langsung bagaimana kepayahan yang dialami oleh masyarakat
ketika bekerja di pasar dan di jalan. Mereka harus bergelut dengan kondisi alam
dan saingan bisnis demi tali kehidupan yang harus disambung. Konsekuensi-konsekuensi
tersebut akan dibayar dengan harmoni alam perpaduan sungai-sungai, rumah-rumah
adat masyarakat setempat yang masih bertahan dengan megah dan bukit-bukit karst di kanan kiri jalan di sepanjang perjalanan mendekati kawasan Taman
Bantimurung. Pemandangan yang sangat elok, cantik nan sejuk tersebut karena
adanya harmonisasi yang anggun antara alam berupa pegunungan kapur, kearifan
lokal penduduk dalam berinteraksi dengan alam dan pemeliharaan warisan budaya
rumah adat lokal oleh masyarakat setempat. Masyarakat yang benar-benar
menghargai alam dan sejarah.
Kawasan Taman Nasional Bantimurung
Bulusaraung secara administrasi terletak di Kecamatan Bantimurung, Kabupaten
Maros. Pintu gerbang Taman Bantimurung berupa patung kupu-kupu yang megah
bersayap biru muda, kuning dan ungu kehitaman. Patung kera yang sedang duduk
dan melambaikan kedua organ pergerakan anteriornya menyapa kami saat memasuki
kawasan tersebut, persis di belakang patung kupu-kupu. Perbukitan karst ikut menyimpulkan senyuman bersamaan dengan panas yang tidak terlalu
menyengat karena kondisi jalan yang teduh. Nama Taman Bantimurung tertempel
dengan kokoh di bukit karst yang dapat teman-teman lihat
dengan jelas dari jalan. Saya dan rombongan beruntung saat itu karena cuaca
cerah yang menyertai perjalanan kami pagi itu. Ikon-ikon Taman Bantimurung
tersebut (kupu-kupu, kera dan karst) sengaja
diperlihatkan oleh pengelola Taman Bantimurung (Balai Taman Bantimurung
Bulusaraung) sebelum memasuki kawasan ini. Patung kupu-kupu dan kera di pintu
gerbang kawasan Taman Bantimurung yang megah, dan identitas Taman Nasional
Bantimurung Bulusaraung di bukit karst yang mirip
dengan penempatan lukisan di dinding rumah. Tulisan-tulisan tersebut sebagai
lukisan dan bukit karst sebagai dinding rumahnya.
Taman Bantimurung merupakan
kawasan pelestarian alam untuk beberapa jenis ekosistem, yaitu ekosistem hutan,
pegunungan karst dan hutan dataran tinggi. Ekosistem hutan Taman Bantimurung ini
memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi baik jenis flora maupun
fauna. Beberapa fauna bersifat khas dan endemik, hanya terdapat di Sulawesi dan
tidak terdapat di tempat lain. Fauna yang terkenal adalah kera-kera hitam jenis
Macaca maura dan jenis kupu-kupu. Jenis flora yang terdapat di Taman Bantimurung
ini adalah jenis flora vegetasi karst dan hutan
dataran rendah.
Para penjual souvenir berupa
insektarium kupu-kupu dan pakaian anak-anak hingga dewasa bermotif kupu-kupu
dan segala hal bertema Taman Bantimurung akan menyambut teman-teman jika berada
di kawasan pintu masuk dan parkir. Teman-teman harus mengeluarkan rupiah sesuai
umur teman-teman agar bisa menikmati segala macam obyek yang ada di Taman
Bantimurung. Orang dewasa harus membayar Rp10.000,00 untuk membeli tiket masuk
sedangkan untuk anak-anak sebesar setengah harga orang dewasa. Tarif yang
berbeda dan lebih tinggi dikenakan untuk turis dari luar negeri, yaitu sebesar
dua kali harga tiket orang dewasa (Rp20.000,00). Selamat datang di kerajaan
kupu-kupu terbesar di Indonesia, Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Kawasan pegunungan karst di sekitar Taman Bantimurung dijuluki “Spectacular Tower Karst” karena bentang alam karst yang unik, berbentuk
menara-menara yang berhimpitan, dan membentang sepanjang Kabupaten Maros dan
Pangkajene Kepulauan. Pegunungan karst di Sulawesi
Selatan diklasifikasikan ke dalam karst Tropika Klasik
yang memiliki luas sekitar 30.000 hektar. Sebuah hamparan alam yang indah dan
tidak ditemukan di daerah manapun di Indonesia. Pegunungan karst yang berbentuk menara-menara tersebut seperti berbicara kepada manusia
di sekitarnya. “Akulah ciptaan Tuhan. Produk dan saksi sejarah pembentukan
kawasan ini sekaligus sebagai saksi aktivitas-aktivitas manusia disekelilingku”.
Manusia begitu kerdil dikelilingi oleh bukit-bukit karst yang menjulang tinggi. Himpit-himpitan menara dalam jelmaan bukit-bukit
karst eksotis. Manusia tidak akan bisa menandingi “teknologi” milik Tuhan. Secuil
pelajaran yang dapat saya ambil dari pegunungan karst terluas dan terbesar kedua di dunia setelah Cina ini. Pegunungan karst juga berdiri dengan kokoh di dalam kawasan Taman Bantimurung. Biaya
untuk memperhatikan, mengamati dan menikmati karst di Taman ini nol rupiah. Jadi jangan takut untuk berlama-lama merenungi
ciptaan Tuhan di bumi Sulawesi Selatan yang menakjubkan ini. Asalkan jangan
mencoret dan melakukan hal lain yang merusak ya.
Nilai peduli untuk menjaga dan melestarikan,
serta menyayangi makhluk hidup sebagai sesama makhluk Tuhan, terutama kupu-kupu
tercermin dalam status kawasan Taman Bantimurung ini sebagai kawasan konservasi
yang disahkan oleh Menteri Kehutanan sejak tahun 2004. Usaha pelestarian
spesies endemik maupun non endemik kupu-kupu yang terdapat di sekitar Taman
Bantimurung dibuktikan dengan adanya penangkaran kupu-kupu. Pelestarian jumlah
dan jenis kupu-kupu menjadi tujuan utama tempat penangkaran kupu-kupu. Tempat
penangkaran kupu-kupu yang terbuat dari jaring biasa, ada yang dibentangkan
menempel pada dinding karst, ada yang dibuat dalam ruangan khusus. Di dalam jaring, terdapat pohon-pohon
dan tanaman yang memang sudah ada sebelum jaring dipasang. Saat jaring dan
semua bangunan sudah siap, tanaman yang merupakan pakan kupu-kupu akan
dimasukkan ke dalam penangkaran.
Alam telah menjadi obyek dalam
berbagai kajian ilmu pengetahuan oleh para ilmuwan-ilmuwan di dunia sejak
berabad-abad tahun yang lalu. Kajian tentang alam akan selalu mengisi otak-otak
yang haus ilmu pengetahuan. Kalau kata Dan Brown dalam novel “Angels and
Demons”, bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak bertentangan. Ia hanya terlalu
muda untuk mengerti. Manusia berkewajiban untuk berfikir untuk memahami segala
gejala, baik gejala alam maupun gejala sosial yang terjadi di sekelilingnya. Tuhan
selalu menciptakan makhluk bersamaan dengan nilai manfaat di jagad raya ini. Tuhan
selalu mengatur secara cermat tentang segala sistem makhluk hidup maupun
makhluk yang mati di jagad raya ini. Tidak ada kata “kebetulan” dalam “kamus”
milik Tuhan.
Kupu-kupu adalah indikator
ekosistem yang sehat. Kupu-kupu akan mampu hidup dengan baik bila faktor
lingkungan yang ada sesuai dengan jangkauan toleransi kupu-kupu untuk mampu hidup.
Makhluk hidup yang mampu tumbuh dan berkembang biak di lingkungan tertentu
menandakan bahwa lingkungan tersebut “baik” untuk makhluk yang lain, kecuali
makhluk hidup ekstrim yang mampu hidup di lingkungan yang ekstrim.
Syarat-syarat hidup kupu-kupu juga hampir sama dengan lebih dari dua pertiga
spesies invertebrata di bumi sehingga jika ada kupu-kupu hidup di lingkungan
tertentu, ada pula kehidupan makhluk invertebrata lain di tempat yang sama. Suhu
ideal bagi kupu-kupu untuk berkembang adalah dibawah 30oC. Kupu-kupu dalam ekosistem
adalah bagian yang penting dari rantai makanan dan mangsa yang empuk untuk
jenis burung, kelelawar dan hewan insektivora yang lain. Jika salah satu
organisme yang berperan dalam rantai makanan hilang atau punah, maka keseimbangan
ekosistem dalam sistem makan-memakan yang lebih kompleks akan terganggu. Para
ekologis di Eropa telah menjadikan kupu-kupu sebagai model organisme dalam
kajian dampak organisme akibat kehilangan habitat dan perubahan iklim.
Siklus hidup seekor kupu-kupu
adalah pembelajaran tentang proses kehidupan dalam beberapa fase hidup. Seekor
kupu-kupu bersayap indah dan berwarna-warni adalah proses dari serangkaian tahapan.
Lahir dalam bentuk telur, menjadi ulat yang tidak disukai oleh banyak orang,
melalui masa hibernasi dalam sebuah bentuk kepompong atau pupa, hingga keluar
dari pupa menjadi makhluk yang banyak dipuji oleh orang yang menyaksikannya.
Sebuah proses kehidupan alami yang juga sangat mungkin dialami oleh seorang
manusia. Untuk menjadi manusia yang “indah”, tidak mungkin bisa jika hanya
melalui fase-fase kehidupan yang selalu menyenangkan. Susah sedih duka lara
pasti akan selalu menyertai hidup manusia. Keburukan adalah batu loncatan yang
disediakan Tuhan untuk menjadi seorang manusia yang dewasa. Manusia yang paham
dari mana mereka menjadi seperti mereka hari ini. Semua hal tersebut bertujuan
agar manusia terhindar dari sikap yang dimurkai Tuhan, sombong. Pembelajaran
lain adalah pola zonasi sayap kupu-kupu. Para ahli taksonomi hewan memanfaatkan
pola ini sebagai dasar klasifikasi jenis kupu-kupu karena masing-masing jenis
memiliki corak dan pola yang berbeda-beda. Makhluk ciptaan Tuhan dengan
morfologi tubuh yang sempurna karena akurasi penciptaan yang tinggi. Kupu-kupu
menjadi agen penyerbukan tanaman yang penting di lingkungan lokal, dan membantu
proses penyerbukan di lebih dari 50
tanaman pertanian yang penting secara ekonomi. Kupu-kupu
adalah model organisme di beberapa negara sebagai obyek kajian sistem navigasi,
pengendalian hayati, embriologi, evolusi, genetika, dinamika populasi, dan
konservasi keanekaragaman hayati. Peningkatan minat
masyarakat terhadap wisata pendidikan seperti halnya dalam kawasan konservasi
keanekaragaman hayati di Taman Bantimurung ini, diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan pemerintah daerah sehingga berbagai pihak diuntungkan dengan adanya
kawasan ini.
Peran seekor kupu-kupu tersebut
membuat makhluk kecil ini pantas menyandang status sebagai organisme yang seharusnya
dilindungi dan dilestarikan. Kupu-kupu telah dijadikan sebagai spesies bendera.
Spesies yang digunakan sebagai maskot program konservasi karena
diharapkan mampu menggugah ketertarikan atau simpati masyarakat terhadap
pentingnya program konservasi yang sedang dicanangkan. Khusus di kawasan Taman
Bantimurung, program tersebut dicanangkan karena adanya beberapa spesies
kupu-kupu yang terancam keberadaannya akibat faktor lingkungan seperti
aktivitas makan dan perkembangbiakan. Faktor lain yang mempengaruhi penurunan
jumlah dan jenis kupu-kupu di daerah ini adalah karena peningkatan aktivitas
manusia dalam penangkapan kupu-kupu. Kupu-kupu yang ditangkap kemudian
dijadikan souvenir atau kenang-kenangan untuk dijual kepada para pengunjung
dalam bentuk figuran dan gantungan kunci.
Kupu-kupu awetan yang disebut
sebagai insektarium di Taman Bantimurung ditempatkan di Museum Kupu-Kupu secara
resmi oleh pihak Balai Taman Bantimurung Bulusaraung. Jika saya tidak salah
ingat, tidak ada tiket berbayar untuk memasuki museum ini. Museum ini adalah
tempat menyimpan berbagai jenis kupu-kupu yang berhasil dikumpulkan oleh pihak
Balai. Koleksi awetan kupu-kupu tersebut dibuat dalam bentuk figura, dengan
informasi masing-masing jenis kupu-kupu yang diawetkan. Informasi yang
dicantumkan dalam label spesimen biasanya berupa nama jenis, tanggal
penangkapan dan tempat asal kupu-kupu tersebut berhasil didapatkan.
Tempat yang tidak kalah menarik
di kawasan Taman Bantimurung adalah air terjun. Air terjun tersebut dapat
dijadikan sebagai salah satu alernatif wisata alam. Ketinggian air terjun ini
hanya sekitar 15 meter dan berasal dari aliran sungai yang tenang. Air tenang yang
biasanya menghanyutkan. Debit air sungai sumber aliran air terjun tersebut dipengaruhi
oleh musim. Musim kemarau akan mengakibatkan debit aliran yang kecil, dan
sebaliknya. Bagian dasar aliran sungai di bawah air terjun dan di samping kanan
kiri air terjun berupa batuan karst. Saya dapat
melihat kupu-kupu berwisata dengan beterbangan kesana kemari dan berbaur dengan
manusia yang sedang menikmati hawa dingin air dari aliran air terjun di Taman
Bantimurung. Jasa penyewaan ban juga ada di sekitar lokasi air terjun karena
lokasi tersebut dapat dijadikan tempat meluncur yang alami. Teman-teman akan
mengeluarkan biaya jika memanfaatkan jasa penyewaan ban di kawasan air terjun
ini.
Kekecewaaan dapat muncul dari
benak teman-teman jika tidak mengunjungi gua-gua unik yang terdapat di kawasan
Taman Bantimurung. Gua tersebut adalah gua batu dan gua mimpi. Saya berkesempatan
mengunjungi salah satu dari dua gua tersebut, yaitu gua batu. Akses menuju gua
batu dari kawasan air terjun cukup jauh. Pertama-tama teman-teman harus menaiki
118 anak tangga atau hampir setinggi air terjun. Teman-teman kemudian harus
menyusuri jalan setapak yang sejajar dengan aliran sungai sejauh kurang lebih 1
kilometer untuk bisa sampai di mulut gua batu. Pemandangan bukit karst yang tegak menjulang tinggi di sisi kiri maupun kanan saya dan
kupu-kupu yang beterbangan, menghiasi mata saya saat itu. Aliran sungai yang
berada di sisi kanan saya membentuk sudut siku-siku dengan bukit karst di sampingnya. Kawasan jalan setapak yang lebih dekat dengan gua batu
dihiasi pemandangan yang berbeda dengan kawasan yang lebih dekat dengan air
terjun. Bukan pegunungan karst yang tampak di
sisi kiri saya, namun sebuah hamparan hutan belantara dengan berbagai jenis
flora di tempat tersebut. Gua batu adalah gua yang memiliki mulut yang hanya
selebar badan orang dewasa. Teman-teman akan membutuhkan lampu penerangan untuk
menyusuri keindahan gua jika tidak membawa sendiri dari rumah. Biaya yang
dikeluarkan untuk bisa menikmati tempat menarik ini adalah untuk jasa penyewaan
lampu sekaligus pemandu wisata dalam gua batu. Para penyewa lampu penerangan
biasanya menawarkan jasa mereka di sekitar gua maupun di daerah yang jauh
dengan gua. Saat itu saya dan rombongan sepakat untuk membayar Rp10.000,00 per
orang. Satu orang pemandu wisata dalam gua dan penyewa lampu dapat memberikan
informasi dan penerangan jalan kepada kurang lebih 10 orang. Jalan-jalan secara
berkelompok dalam menyusuri keunikan stalagtit dan stalagmit gua batu lebih
disarankan dibandingkan jalan secara individu. Wisata gua batu ini dapat
dijadikan sebagai rujukan wisata sejarah, budaya dan alam sehingga memiliki manfaat
yang sebanding dengan jalan panjang yang harus dilalui teman-teman menuju
tempat tersebut. Satu tempat bonus yang boleh saya kunjungi dengan para
pengunjung lain saat itu. Kolam sungai di samping kanan gua batu yang
sebenarnya terdapat pelarangan untuk memasuki kolam tersebut. Kolam tersebut
adalah tempat penampungan air yang merupakan bagian hulu terpisahnya dua bukit karst yang berhimpitan dan kemudian seakan-akan terbelah, serta terisi
aliran air di tengah-tengah kedua bukit karst tersebut. Air
yang sedang surut saat itu membuat kami dapat menikmati warna hijau aliran air
yang menggenang dan berdebit kecil tersebut. Tempat tersebut menungkinkan kami
bertemu dengan kupu-kupu dengan jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan
yang terdapat di kawasan air terjun dan di sepanjang perjalanan menuju gua batu.
Tempat lain yang terdapat di kawasan
Taman Bantimurung adalah Puncak Bulusaraung, Karaenta dan area permainan
anak-anak. Puncak Bulusaraung adalah tempat tertinggi di
kawasan Taman Bantimurung. Puncak ini dapat didaki oleh para pendaki pemula
maupun pendaki profesional yang ingin mendapatkan sensasi petualangan
pegunungan karst. Karaenta adalah
habitat untuk kera hitam Macaca maura
yang hidup liar. Kera ini akan berkumpul jika dipanggil oleh pawangnya. Area
permainan anak-anak yang terdapat di kawasan Taman Bantimurung terletak di
sekitar aliran sungai setelah air terjun turun dari tempat yang lebih tinggi.
Biaya lain ketika berada di kawasan
Taman Bantimurung berupa konsumsi dan biaya tak terduga berupa toilet. Biaya
konsumsi tergantung jenis makanan yang dibeli oleh pengunjung. Makanan ringan
maupun berat tersedia di kawasan Taman Bantimurung. Begitu pula dengan
fasilitas toilet dan kamar mandi. Selain tempat tersebut, Balai Taman Bantimurung
juga menyediakan fasilitas tempat ibadah berupa mushola di tempat yang dekat
dengan area permainan anak-anak. Meskipun terlihat bersahaja, namun bahan dasar
mushola yang terbuat dari batu kapur tersebut cukup menyita perhatian saya.
Sederhana, namun cukup menjadi oase di tengah jiwa yang sedang haus akan
kehadiran Tuhan di hati.
Ketika selesai berpetualang di kawasan
Taman Bantimurung, akan terasa lebih nikmat jika melakukan aktivitas memanjakan
perut. Sayangnya saat itu saya tidak berkesempatan untuk menikmati kuliner yang
dijual di kawasan Taman Bantimurung. Masakan bernama mie titi menjadi santapan
saya selepas mengunjungi Taman Bantimurung. Mie titi yang saya beli di
sepanjang jalan menuju kampus Universitas Hasanuddin (saya tidak tau nama jalan
lokasi restoran tersebut) adalah jenis mie yang “crispy” dengan potongan-potongan daging ayam, dan dibalut dengan
kuah kental. Namun berdasarkan informasi, ada beberapa makanan ringan dan berat
yang menjadi ciri khas Sulawesi Selatan, terutama Makassar. Pisang epe, es
pisang ijo, sop konro dan coto Makassar terdaftar sebagai makanan khas Sulawesi
Selatan. Alhamdulillaah saya berkesempatan untuk menikmati pisang epe dan sop
konro yang merupakan ikon kuliner Sulawesi Selatan. Teman-teman yang ingin
merasakan sensasi kuliner khas dari Sulawesi Selatan di atas, silakan coba dan
buktikan sendiri ya.
Teman-teman yang ingin menginap di
kawasan Taman Bantimurung dapat memanfaatkan penginapan sederhana yang terdapat
di sekitar pintu masuk dan area parkir taman tersebut. Biaya akomodasi yang
dapat teman-teman keluarkan bervariasi tergantung jenis penginapan yang
teman-teman ingin gunakan, mulai puluhan ribu rupiah hingga jutaan rupiah.
Penginapan sederhana yang terdapat di area Taman Bantimurung menganggarkan
biaya akomodasi mulai dari Rp50.000,00 per malam. Jika teman-teman ingin
menginap di hotel atau wisma, maka teman-teman harus menaiki angkutan PT-PT
lagi untuk bisa diantar oleh pak sopir ke hotel atau wisma yang diinginkan. Teman-teman
harus mengambil rupiah lagi untuk membayar jasa pak sopir PT-PT yang akan
mengantarkan teman-teman ke tempat tujuan.
Total biaya yang diperlukan selama
hitungan hari perjalanan beragam. Hal ini tergantung oleh lokasi asal
teman-teman, alat transportasi, aktivitas saat di dalam kawasan Taman
Bantimurung dan akomodasi yang digunakan oleh teman-teman. Semakin dekat lokasi
asal teman-teman menuju Taman Bantimurung, maka semakin sedikit pula biaya yang
dikeluarkan. Teman-teman yang menggunakan alat transportasi yang murah akan
merogoh rupiah yang tidak terlalu dalam pula. Pemanfaatan para penyewa jasa
ban, lampu, pemandu wisata, dan konsumsi serta toilet akan meningkatkan biaya
yang dikeluarkan saat berada di dalam kawasan Taman Bantimurung. Akomodasi yang
ingin digunakan akan semakin murah jika teman-teman memanfaatkan penginapan
sederhana.
Usaha pembantingan kemurungan saya dan
rombongan di Taman Bantimurung saat itu telah memberikan pelajaran berharga.
Konsep wisata yang dapat saya katakan sebagai wisata yang lengkap. Wisata alam.
Wisata budaya. Wisata sejarah. Wisata pendidikan. Wisata rohani. Ciptaan Tuhan
yang harus tetap dipelihara dan dimanfaatkan dengan bijaksana. Penghargaan atas
budaya lokal yang masih dipelihara sampai saat ini. Pembelajaran terhadap
proses pembentukan makhluk di bumi melalui tahapan peristiwa. Hikmah dari
segala proses yang berlangsung di alam. Keseluruhan makhluk yang kembali kepada
satu arsitek paling sempurna di jagad raya ini, Allaah Yang Maha Kuasa. Jiwa
ingin tahu saya setelah menikmati Taman Bantimurung menjadi semakin tinggi sehingga
ingin melakukan penelitian di tempat tersebut jika mendapatkan kesempatan di
lain waktu. Semoga. Aamiinn.
Tulisannya apik..
BalasHapusdateng ke lombok ayo..
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusTerima kasih sudah mampir dan membaca barisan kata-kata yang panjang ini. Hehehehe.. Lombok masih terlalu pedas untuk dijamah kawan.. :)
Hapus